Laman

Selasa, 12 Mei 2009

Logo MUJI
















Brand MUJI alias Mujirushi Ryo¯hin alias NO LOGO, GOOD QUALITY
Kreasi merek berawal dari Desainer Ikko Tanaka
Konsep iklan MUJI “Emptyness” oleh Desainer Kenya Hara
Desainer produk industri: Naoto Fukasawa
……………………………………………………………………………………

Lalu apakah rahasia logo yang baik? Akhirnya mungkin kita berkesimpulan pelajaran paling mendasar bagi desainer logo adalah memahami klien seperti halnya mencoba memahami pacar, sobat atau bahkan diri sendiri. Ironisnya dalam era kompetisi pasar yang ketat, output logo akan terlihat expected, stereotype, boring dan safe player. Seperti halnya berpacaran, kita takut (atau lupa?) untuk berkata “tidak” atau memaki “bodoh” atau bereksperimen memilih rute “jet coaster” dan akhirnya kembali lagi pada dunia impian. Berpelukan dan memuji-muji. Terbukti kini logo kontroversial Olimpiade London 2012 karya Wolff Olins “memecah belah” bangsa.

Tidak ada 10 langkah. Atau 8 jurus. Lupakanlah formula. Bersikaplah fleksibel. Lupakanlah Swiss Design dan konco-konconya bila kita telah bertemu klien bak Google atau pemilik Kasino di Vegas. Logo tanpa proses konsep di belakangnya adalah “zombie”. Proses adalah guru yang mendewasakan desainer. Logo semestinya visioner, esensi, reduksi, intisari, wajah perwakilan sehingga layaknya menghasilkan konsep kesederhanaan dan unik. Logo atau tanda juga adalah misteri. Misteri tidak layak distandarisasikan tetapi dinikmati. Apapun bisa terjadi seperti halnya pencipta logo swoosh Nike, Carolyn Davidson “hanyalah” seorang mahasiswi desain grafis dengan bayaran logo 35 dollar!

Kesimpulan adalah rentan. Karena desainer tidak berhenti belajar. Keberhasilan merancang sebuah logo banyak dikaitkan sebagai misteri, intuisi, bakat alami, “hoki” bahkan wangsit hingga fengshui. Tetapi saya pribadi percaya campur tangan Tuhan dalam pekerjaan tangan kita sebagai desainer adalah misteri yang layak menjadi renungan. (Henricus Kusbiantoro, 25 Oktober 2007)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar